Selamat Datang di blog komunitas mahasiswa dan alumni Teknik Informatika angkatan 2004 Universitas Teknologi Yogyakarta


Seperti diberitakan oleh kiSS Indosiar bahwa artis cantik Carissa Putri — tak puas menuai pujian luar biasa lewat debut perdananya di film Ayat-Ayat Cinta — kembali membuktikan kepiawaiannya berakting lewat film terbarunya Tarik Jabrik.

Selain setting yang jauh berbeda dengan film perdananya kemarin, film yang juga disutradarai Hanung Bramantyo ini, Carissa didaulat beradu akting dengan sekelompok anak muda kreatif yakni grup band Cangcutters.

“Main bersama Changcuters itu menyenangkan, orangnya lucu-lucu, baik, menghibur sekali sih syuting bersama mereka, ” kata Carissa.

Sedangkan kata grup The Changcuters, “Justru dengan adanya Carissa, kita jadi percaya diri. Wih kita beradegan dengan Carissa nih, kita akrab dengan Carissa, boleh juga tuh.”

Aksi geng motor di Bandung yang meresahkan masyarakat ternyata memberikan inspirasi untuk terciptanya film “The Tarix Jabrik”. Namun, alih-alih menampilkan geng motor yang sangar dan sadis, geng motor yang anggotanya diperankan personel band The Changcuters itu konyol plus kocak.

Misalnya, karena tidak ingin disamakan dengan geng pembuat rusuh, Cacing, ketua geng yang diperankan Tria, vokalis The Changcuters, memiliki tiga prinsip pokok. Yaitu, mematuhi aturan lalu lintas, menolong sesama, dan berbakti kepada orang tua. Tiga prinsip tersebut harus dipatuhi setiap anggota geng.

Secara garis besar, layar lebar besutan sutradara Iqbal Rais itu menceritakan persahabatan lima pemuda: Cacing, Dadang, Mulder, Coki, dan Ciko. Semuanya diperankan personel The Changcuters, band yang berasal dari Bandung. Setelah gagal bergabung dengan geng motor impiannya, Cacing berinisiatif untuk mengajak empat temannya tersebut mendirikan geng motor sendiri. Terbentuklah geng motor bertajuk Tarix Jabrix. Di mana, masing-masing anggotanya eksis dengan motor yang sama sekali tidak seragam alias ala kadarnya.

Suatu ketika, Cacing jatuh cinta pada Callista (Carrisa Puteri), primadona di sekolahnya. Sayang, Callista lebih dulu dijodohkan kakaknya, Max, diperankan Ario Bayu, dengan salah seorang anak buahnya di geng motor The Smokers. Bermodal motor antik -atau mungkin lebih tepatnya butut- yang dia miliki, Cacing tak patah arang. Kejadian demi kejadian menghantarkan konflik-konflik tentang arti pertemanan hingga pengorbanan cinta.

Film tersebut merupakan film komedi yang berniat membuat penonton terpingkal-pingkal oleh penampilan anak-anak The Changcuters. Mulai optimisme dan kenekatan Cacing, Dadang yang linglung, Mulder si tajir, hingga kembar tak identik Coki dan Ciko dengan perilakunya yang kelewat berlebihan.

Seluruh karakter seolah saling melengkapi. Kekonyolan dan kegilaan Tria cs yang biasanya hanya terlihat di atas panggung seolah tereksplorasi di film itu. Skenario yang ditulis Hilman Mutasi, Reza Keling, dan Sofyan Jambul pun semakin lengkap dengan ceplas-ceplos masing-masing karakter.

Seluruh kekocakan tersebut dikemas cukup rapi dan tidak biasa oleh Iqbal, anak didik Hanung dalam komunitas Dapur Film. Menurut Hilman, ide awal film yang akan tayang di bioskop mulai Kamis (17/4) itu berasal dari Chand Parwez, salah seorang produser The Tarix Jabrik yang berada di bawah bendera Starvision.

“Permintaan Pak Chand Parwez agak berat. Cerita kriminal harus dibikin komedi. Awalnya, sama sekali nggak kebayang harus dibikin seperti apa. Tapi, begitu tahu yang main The Changcuters, saya mulai dapat idenya. Karakter mereka sudah jadi semua,” kata Hilman.

Memang, bagi Iqbal, mengomandani anak-anak The Changcuters untuk bermain film komedi tidak terlalu sulit. Menurut dia, tidak sedikit masukan-masukan mengenai lelucon dalam dialog yang datang dari band yang dinobatkan sebagai Band Pelopor Kreativitas Anak Muda 2008 oleh Menpora Adhyaksa Dault itu. “Banyak improvisasi antara aku dan mereka yang akhirnya bikin kami klop,” kata sutradara berusia 24 tahun tersebut.

Sayang, salah satu minus film yang juga diproduseri Hanung Bramantyo itu adalah ending cerita yang terlalu gampang ditebak. “Kami nggak mau panjang lebar. Yang jadi pokok cerita adalah permasalahan anak muda di geng motor itu,” kilah Hilman.