Selamat Datang di blog komunitas mahasiswa dan alumni Teknik Informatika angkatan 2004 Universitas Teknologi Yogyakarta
















-->>
Sukses film Ayat-Ayat Cinta menjadi batu loncatan besar bagi Carissa Puteri. Berkat peran sebagai Maria dalam debut layar lebarnya itu, paras cantik gadis kelahiran Frankfurt, Jerman, 12 September 1984 tersebut kian akrab di mata masyarakat.

"Aku mau jadi kayak mama. Apa saja, pokoknya kayak mama." Jawaban itulah yang selalu keluar dari bibir Carissa Puteri saat ditanya soal cita-cita.

Sejak kecil, Carissa tidak pernah punya impian menjadi dokter, pramugari, atau insinyur. Dia hanya terobsesi dengan keteguhan mamanya dalam membesarkan anak-anaknya.

Ketika usianya baru menginjak empat tahun, Carissa harus menerima kenyataan pahit perceraian kedua orang tuanya, Ris Isa Soelaiman dan aktris senior Lily S.P. Sejak itu, dia dan kakak lelakinya, Cesar Putera Soelaiman, tinggal dan dibesarkan sang bunda.

"Mama saya benar-benar sosok yang independen. Dia nggak kawin lagi sampai sekarang. Dia benar-benar hidup hanya untuk anak-anaknya," ujar Carissa.

Kebebasan serta demokrasi yang ditegakkan sang mama di rumah justru membuat Carissa tidak berani melakukan sesuatu yang mengecewakan.

"Segala macam urusan pasti aku konsultasikan ke mama. Termasuk soal pacar," kata pemegang gelar sarjana sosial FISIP Universitas Pelita Harapan itu.

Sehari-hari Carissa lebih sering bergaul dengan kakak semata wayangnya. Tak heran kalau di masa kanak-kanak Carissa cenderung tomboi dan lebih menyukai permainan anak laki-laki. Salah satunya bola basket.

"Baru pas SMA mulai berubah. Pengin juga lebih kelihatan cewek dan girly," ungkapnya.

Akting bukan dunia asing bagi Carissa. Ibundanya adalah aktris terkenal di era 1980-an dan masih aktif bermain di beberapa judul film seperti Legenda Sundel Bolong (2007, garapan Hanung Bramantyo- sutradara AAC juga).

Keinginan untuk menjajal aktivitas seperti sang ibu pun mulai terbentuk dalam diri Carissa. Namun, saat itu orang tuanya ingin Carissa lebih dulu fokus di bangku sekolahnya.

Menginjak semester akhir kuliah, pertengahan 2006, Carissa mulai memberanikan diri menjajal peruntungan dengan mengikuti casting yang dibuka beberapa rumah produksi. Awalnya, tidak semudah yang dia bayangkan. Kegagalan demi kegagalan sempat dirasakan.

"Tapi, saya nggak mau nyerah. Saya selalu berpikir, kegagalan adalah awal kesuksesan saya," tukas gadis yang sampai saat ini menjalin komunikasi dengan ayahnya itu.

Titik cerah mulai menghampiri beberapa bulan kemudian. Salah satu rumah produksi menelepon Carissa dan menawari casting sebuah sinetron.

"Sinetron pertama saya berjudul Siti Nurbaya. Waktu itu saya cuma jadi peran pembantu," katanya. Dalam dua tahun terakhir, lima judul sinetron telah dia mainkan. Yaitu, Jangan Pisahkan Aku, 1 Bunga 4 Kumbang, Anggun, Hikmah 3, dan I Love U Bos

Langkah Carissa akhirnya sampai pada sebuah tawaran casting untuk layar lebar produksi MD Pictures Ayat-Ayat Cinta (AAC). Tidak langsung menerima, Carissa mengaku ragu dan takut setelah membaca skenario film yang diadaptasi dari novel best seller berjudul sama karangan Habiburrahman El Shirazy itu.

"Baru baca skrip, saya sudah pesimistis. Kayaknya susah banget. Apalagi saya belum pernah baca novelnya. Takut masyarakat nggak puas dengan akting saya. Tapi, saya putuskan untuk tetap ikut casting. Eh, beberapa hari kemudian ditelepon orang MD. Katanya saya diterima untuk ngisi karakter Aisha," kenang gadis yang memiliki darah keturunan Jerman, Belanda, Jawa, dan Palembang tersebut.

Carissa pun menjalani proses reading untuk mendalami karakter Aisha selama hampir dua bulan. Namun, perubahan rencana di detik-detik terakhir membuatnya panik. Kurang dari sepuluh menit sebelum jumpa pers syukuran prasyuting film AAC di kantor MD, sutradara serta produser memutuskan untuk menukar peran. Carissa diminta memerankan karakter Maria yang sebelumnya diplot untuk Rianti Cartwright.

"Nggak tahu ada pertimbangan apa. Setelah meeting, produser, sutradara, dan penulis tiba-tiba men-switch karakter saya dan Rianti," tutur Carissa.

Beruntung, saat itu masih ada waktu beberapa minggu untuk memasuki karakter baru yang dibebankan padanya.

"Setelah filmnya jadi, ternyata banyak orang yang bilang aku memang lebih cocok jadi Maria dan Rianti sebagai Aisha," sambungnya.

Carissa merasa kaget sekaligus bangga dengan kesuksesan film pertamanya itu. Hingga kini, Carissa mengatakan, dirinya mendapat banyak pujian dari para penonton AAC. Di tengah itu semua, ternyata dia juga merindukan kritik.

"Ini film pertama. Pasti banyak kekurangan. Pengin dengar kritik dan saran dari orang yang sudah nonton (AAC). Sampai sekarang, komentarnya bagus-bagus saja," tukasnya.

Saat ini, kata Carissa, dirinya mungkin belum bisa mewujudkan cita-cita menjadi seperti sang mama yang menghabiskan hidup untuk buah hati. Namun setidaknya, dia bisa mengikuti jejak sang bunda mengukir karir di dunia film.